Senin, 04 Agustus 2008

Benalu Parasit yang Banyak Manfaat

Benalu Parasit yang Banyak Manfaat






Pohon-pohon menjadi favorit bagi tumbuhan yang bernama benalu ini. Karena suka hidup menumpang di dahan-dahan pohon, tumbuhan ini mendapatkan julukan si parasit. Walaupun cuma menghambat pertumbuhan tanaman inang (induk), namun jika benalu tumbuhnya lebat bisa mematikan tanaman yang menjadi sandaran hidupnya.

Menurut beberapa literatur, benalu termasuk Loranthus dan familia Euphorbiaceae. Benalu dapat dijumpai dengan mudah pada pohon-pohon besar di daerah tropis. Tumbuhan ini menghasilkan getah yang lengket. Sebagian besar spesies dapat tumbuh di berbagai jenis pohon.

Sebagian benalu bersifat setengah parasit, daun tetap berwarna hijau sepanjang tahun, dapat melakukan fotosintesis sendiri, dan hanya bergantung dari tanaman inang untuk zat mineral dari dalam tanah. Genus Arceuthobium yang tergolong famili Santalaceae adalah salah satu contoh benalu yang bersifat parasit total, karena mengandalkan fotosintesis dan mineral dari tanaman inang.

Untuk membedakan pohon yang terkena serangan parasit satu ini tidaklah terlalu sulit. Dengan kumpulan daun-daun yang berwarna hijau dan bergerombol membentuk sebuah kelompok tersendiri adalah ciri khasnya. Rata-rata daun benalu ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun pada pohon yang dijadikan sebagai tempat hidupnya.

Adanya burung (ornithokori) yang suka makan biji benalu membuat penyebaran benalu bisa tumbuh di mana-mana. Biasanya, biji benalu tersebar bersama jatuhan kotoran burung di ranting-ranting pohon. Selain itu, burung juga bisa menjepit buah benalu dengan paruh agar biji terlepas dari daging buah. Burung lalu menyeka paruhnya pada ranting terdekat. Biji yang berlapis getah akan lengket dan mampu menempel erat pada calon tanaman inang. Sehingga, apabila burung memakan buahnya lalu mengekspresikan pada dahan pohon yang sesuai, bijinya akan berkecambah dan benalu muda tumbuh.

Manfaat si Parasit

Meskipun dianggap sebagai parasit, namun ternyata tumbuhan ini memiliki banyak manfaat. Salah satu contohnya adalah benalu yang biasa hidup di pohon teh. Benalu teh yang berasal dari spesies Scurrula atropurpurea (BL) DANS merupakan tanaman parasit pada pohon teh (Thea sinensis L).

Sebenarnya, benalu sejak zaman dahulu telah digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Misalnya Viscum album L var lutecens MAKINO untuk mengobati sakit pinggang dan jamu pascamelahirkan para ibu di Jepang, Viscum album L untuk mengobati kanker di Korea dan RRC, bahkan di beberapa negara Eropa menjadi obat antikanker nonkonvensional dan dijual dengan nama dagang Iscador.

Profesor RKY Zee-Cheng dalam tulisannya mengenai penelitian antikanker tanaman benalu dalam jurnal Drugs of the Future mengatakan, pasien penderita kanker yang diberi ekstrak benalu dari spesies Viscum album menunjukkan perbaikan pada DNA dalam limfosit dan sel kekebalan tubuh. Melalui berbagai penelitian yang disarikan oleh Zee-Cheng dari Pusat Medik Universitas Kansas itu, senyawa bioaktif yang berperan sebagai antikanker adalah petida, oligisakharida, alkaloid, polifenol dan flavanoid.

Sementara itu, bagi masyarakat Indonesia sendiri, ternyata secara turun-temurun juga menggunakan benalu dalam bentuk jamu untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk benalu teh untuk mengobati kanker. Dr Retno Murwani MSc dari Universitas Diponegoro pernah menyatakan bahwa benalu teh berkhasiat membunuh sel tumor dan sel kanker fibro sarcoma (Suara Merdeka, 14 Maret 2003).

Baru-baru ini melalui penelitian intensif selama tiga tahun-tim peneliti dari Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) bekerja sama dengan Prof Hirotaka Shibuya dari Universitas Fukuyama, Jepang, dan Prof Dr Mutsuko Mukai dari Osaka Medical Center, Jepang. Dalam penelitian ini tim telah mengisolasi 16 senyawa dari benalu teh yang merupakan parasit pohon teh di Perkebunan Teh Gunung Mas, Cipanas, Jawa Barat.

Senyawa-senyawa tersebut adalah 6 senyawa asam lemak tak jenuh, 2 senyawa santin, 2 senyawa flavonol glikosida, 4 senyawa flavonol, 1 senyawa lignan glikosida, dan satu senyawa monoterpene glukosida.

Hasil uji bioaktivitas terhadap invasi sel kanker MM1 secara in vitro menggunakan sel kanker MM1 yang diisolasi dari sel Ascites Hepatoma AH 130 pada tikus menunjukkan bahwa satu di antara senyawa tersebut, yaitu octadeca-8,10,12-triynoic acid mampu menghambat invasi sel kanker sebesar 99,4% pada konsentrasi 10 mg/ml. Senyawa ini merupakan asam lemak tak jenuh, mengandung atom karbon 18 dengan ikatan rangkap 3 sebanyak 3 buah pada posisi 8, 10, dan 12.

Atas dasar hasil pengujian tersebut, diyakini bahwa octadeca-8,10,12-triynoic acid merupakan zat aktif antikanker yang terkandung dalam benalu teh. Namun, baik dengan metode pengujian in vitro maupun in vivo yang dikembangkan almarhum Prof Hitoshi Akedo, diketahui bahwa zat ini tidak membunuh sel kanker, melainkan menghambat invasi sel kanker sehingga sel tidak mengalami metastasis.

Metode di atas berbeda dengan uji yang lainnya, seperti penghambatan terhadap protein sintesis, DNA topoisomerase, DNA/RNA sintesis, uji toksisitas, dan lain-lain. Hingga saat ini belum ada obat antikanker yang bekerjanya menghambat invasi sel, sehingga penemuan senyawa octadeca-8,10,12-triynoic acid (1) dalam benalu teh yang struktur kimianya relatif sederhana menjadi harapan disintesisnya senyawa antikanker baru yang murah dan sangat dibutuhkan oleh penderita kanker di Indonesia maupun dunia pada umumnya.

Untuk meyakinkan bahwa asam lemak octadeca-8,10,12-triynoic acid tersebut mempunyai aktivitas inhibisi, dan untuk mempelajari efek dari panjang rantai atom karbon serta posisi ikatan rangkapnya, maka metode sintesis perlu dikembangkan.

Dengan strategi sintesis yang relatif sederhana, tim peneliti Batan berhasil menyintesis lima senyawa analog alkynic C-16 fatty acid, yaitu hexadec-8-ynoic acid (2), hexadec-10-ynoic acid (3), hexadeca-8,10-diynoic acid (4), hexadeca-6,8,10-triynoic acid (5), dan hexadeca-8,10,12-triynoic acid (6).

Uji bioaktivitas dengan cara yang sama menggunakan sel kanker MM1 menunjukkan bahwa senyawa yang mengandung 3 ikatan rangkap tiga, seperti halnya senyawa yang diisolasi dari benalu teh, yaitu hexadeca-6,8,10-triynoic acid (5) dan hexadecadeca-8,10,12-triynoic acid (6) memberikan nilai inhibisi yang hampir sama dengan senyawa 1, sedangkan senyawa 2, 3, dan 4 masing-masing mengandung satu dan dua ikatan rangkap tiga memberikan nilai inhibisi lebih rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tiga buah ikatan rangkap tiga pada senyawa tersebut merupakan hal esensial pada peningkatan aktivitas penghambatan invasi sel kanker.

Kendati sudah di cap sebagai tumbuhan parasit yang mendatangkan penyakit bagi tumbuhan yang dihinggapinya ternyata benalu menyimpan banyak manfaat yang dapat digunakan dalam ilmu kedokteran. Hal ini tentu menjadi sebuah solusi dalam melakukan pencegahan terutama dalam penanganan berbagai penyakit.

Sumber: harian-global.com

Tidak ada komentar: